![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2-t0LtC4X_xayQ1D_bw6WK3tgDt5qOfbzEbBMSsOjNAnSokMgsdEVq9b11_d0VBEdvu_h0R-FrvOxgFq4Mnlctrr3lTX6SU7dIeWnKoHmq-R2kCvPFdaTqQTNoahnXS175VaEEvSOkg4/s1600/morchris7.jpg)
‘Morgan?’ Mataku memanas menyaksikan pria ini kini kembali berdiri dihadapanku. Rasanya aku ingin sekali menampar dia atau bahkan membunuhnya. Aku membencinya, namun rasa rindu ini kini mencekikku untuk langsung memeluknya.
Dulu ia menghilang, sejak kejadian itu.. kejadian yang mampu membuatku menangis bombai.
ia meninggalkanku, menggantungkan hubungan ini tanpa ada kabar. Tapi, kini ia kembali entah dari mana asalnya, wajahnya kembali menghiasi mataku. Aku tak sanggup membohongi perasaan ku sendiri bahwa masih ada rasa untuknya disini, dihatiku. Aku pun tak sanggup kembali menatap mata indahnya yang selalu berbinar menunjukan pesonanya tersendiri.
“Apa kabar?” mendengar pertanyaannya aku tak kuasa menahan air mataku, sungguh aku merindukannya. Aku mengambil langkah seribu berlari di tengah derasnya hujan. Aku tak sanggup Melihatnya kembali.
***
“Christy, tadi Morgan mencarimu” teriak sahabatku Maudy di tengah-tengah lamunanku, aku hanya menoleh datar kearahnya. “Lalu kau jawab apa?” kulihat Maudy mulai mendekati mejaku, aku memang tengah bersantai di kantin. Ini tempat terasyik untuk ngegalau terlebih banyak persediaan camilan dijual disini, karna galau itu membuat perut terasa kosong.
“Tentu saja aku bilang aku tak melihatmu” ujarnya, “Good” aku langsung mengecupnya, anak ini perlu diapresiasi karna untuk kali ini otaknya agak sedikit disa diajak kompromi.
“That’s your prince, Christyyy” teriaknya, kebiasaan. “Whattt?” aku tak kalah kencang berteriak, sekali lagi ku perhatian laki laki yang tengah berbelok kearah kami tersebut. Aku dan Maudy kini saling bertatapan lalu.. “Morgan!!!”
Dengan cepat aku menarik Maudy ke sudut ruangan yang ada di sampingku, sedari tadi Maudy merengkuh tanganku dari mulutnya karna dia aku bekap, terlalu bahaya jika membiarkan mulutnya berteriak lagi. Sejak kejadian itu aku memang berusaha semaximal mungkin untuk menghindari morgan.
![]() |
Ayunda Faza Maudya |
“Maksudmu?”. “Jangan berpura pura bodoh, cukup aku saja yang bodoh” Maudy terlihat sedikit tersenyum, ntah ini senyum apa. “Aku sudah tidak mencintainya lagi Mood” ketusku. “Siapa juga yang bilang kau masih mencintainya nona? Kau sendiri yang mengatakan itu” Maudy kini terlihat tersenyum penuh kemerdekaan.
***
Pagi ini aku masih merasaakan dinginnya cuaca yang baru baru ini mendadak tak menentu, aku memperhatikan deretan awan awan yang nampak berwarna gelap sepertinya akan kembali turun hujan. Ku sandarkan kepalaku di salah satu batang pohon yang cukup rindang, aku benar benar menikmati ini dimana hari tanpa Maudy karna ia tengah titip absen, ohh aku pasti akan merindukannya.
Aku merasa ada yang menyentuh pundak ku dari arah belakang pohon, cepat cepat aku melepaskan aerphone ku lalu setengah berlari meninggalkan pohon itu tanpa harus menoleh terlebih dahulu.
![]() |
Handi Morgan Winata |
“Ya. Karna aku merasa kita belum pernah mengucapkan kata pisah”.
“Gampang sekali bilang begitu, seenaknya masuk di kehidupanku semaumu” ujarku sinis.
“Aku kembali karna aku tau kau masih mencintaiku” jelasnya dengan segenap rasa keperyaan dirinya. Aku mendengus kesal, menelan air liurku dalam cepat cepat.
“Siapa bilang aku masih mencintaimu? Aku tak akan pernah sudi untuk kembali mencintaimu, Morgan!” aku bersikeras untuk melepaskan lenganku dalam genggamannya, saat itu juga aku terbelalak melihat cincin yang kini melingkar di jari manisnya. Aku masih menatapi cincin itu dalam dalam, sejak kapan morgan menyukai aksesoris tangan selain jam?
“Maafkan aku.. itu yang mau aku bicarakan, aku harap kau hadir di pernikahanku. Kau akan menjadi tamu spesial nanti” Morgan tersenyum, melepaskan tanganku setelah itu berlalu begitu saja.
Seminggu belakangan aku mengurungkan diri dikamar, tak ada yang aku perbolehkan masuk. Kecuali maudy, hari ini hari pernikahan Morgan dan.. dan.. entahlah aku tak mengetahui nama calon mempelai wanitanya. Aku masih mimbang antara datang atau tidak. Aku yakin bila aku datang maka tak akan ada alasan untuk tak patah hati. Tapi bila tidak, Bagaimanapun juga aku tak bisa membiarkannya kecewa tanpa kehadiranku.
![]() |
Christy Saura Noella Unu |
30 menit perjalanan, kini aku tiba di gedung serba putih, namun di dalamnya tersebar berbagai pernak pernik dominasi warna ungu, persis bajuku. Aku melangkah ragu, penuh keraguan. Morgan kini berjalan mendekatiku ntah apa tujuannya, mingkin ia ingin mengejekku.
“Aku menunggumu” jawabnya penuh senyum, aku menaikan sebelah alisku tanda tak mengerti lalu Morgan membawaku masuk. Terlihat sangat sepi gedung ini.
“Kau tau kenapa dulu aku pergi ke Amsterdam? Kau tau kenapa selama ini aku tak mengabarimu? Dan apa kau tau alasanku melakukan itu?” aku hanya menggeleng menanggapi pertanyaannya yang begitu bertubi tubi. Aku benar benar tak mengerti semua ini.
“Aku kesana karna oma tak mengizinkanku pulang kembali ke Indonesia, aku memutuskan untuk meneruskan kuliahku disana tanpa mengabarimu, bukan berarti aku tak mencintaimu. Disana aku kuliah sekaligus bekerja, untuk apa? Untuk segara menikahimu, akupun menguji kesetiaanmu. Dan sekarang terbukti bahwa kita masih saling mencintai” ujarnya panjang lebar.
“Christy.. will you marrie me?” apa maksud pria ini?. Sedetik kemudian ku lihat Morgan bersimpuh di hadapanku.
“Will you marrie me?” tegasnya, saat melihatku yang kebingungan. Setelah itu kini gedung dipadati oleh orang orang yang aku kenal. Ayah, Bunda, Maudy, Orang tua Morgan serta beberapa saudaraku.
Morgan kini semakin memantapkan aku dengan membuka kotak cincin yang sedari tadi ada digenggamannya. Aku speechless. Dengan mantap akupun mengangguk malu.
Morgan memelukku akupun membalas pelukannya, ia langsung mengecup keningku, lalu berbisik sesuatu.